BABADOTAN " Film Dokumenter Tentang Perlawanan Suku Badot"

BABADOTAN Film Dokumenter Tentang Perlawanan Suku Badot

START:
18/05/2019

Categories

Video Youtube

Youtube

BABADOTAN ” Film Dokumenter Tentang Perlawanan Suku Badot”

Teks dari Youtube

Hai, hai kita mesti berpikir bahwa alam ini tuh dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita semua, tidak hanya satu atau dua atau beberapa pihak aja. Kita tuh bukan siapa-siapa, kita tuh cuman hanya beberapa pemuda yang mencoba berpikir atau peduli terhadap alamnya. Dan kita yang seolah olah bukan siapa-siapa itu. Tapi kita pengen mencoba memberi manfaat untuk orang lain. Hai hai hai hai hai.
Hai awal ceritabah itu dulu tertarik sama menambang yang ada penambangan di Gunung Hawu. Mulai abah itu tahun enam puluh delapan menambang cerita menambang awal profesi abah ya sampai tahun tujuh puluh enam. Mungkin kurang lebih la dua belas tahun nabah nambang di daerah Gunung Hawu.
Ikan kalau misalkan di tambang itu ada masa habisnya juga nanti kan senya dampaknya juga besar, apalagi terhadap lingkungan seperti air. Itu kan sumber kehidupan kayak misalnya di Pamucatan di musim hujan, tapi sumur tetep aja keri tidak ada airnya gitu. Otomatis ini dapatmpa dari perkembangan juga gitu. Hai itu pelestarian alam jadi rusak. Mungkin asalnya gunung atau tatanan yang dibu yang di gunung batu itu bagus itu. Ternyata kalau terjadinya penambangan itu jadi gundul gitu ya jadi gundoul dan mengganggu juga ke aktivitas petani lain gitu. Apalagi ada sering juga penambang itu beraktivitas penembakan pengeboman batu kopu tersebut itu sangat menarikli sekali, khususnya ke petani yang berkebun dan juga umumnya keluarga masyarakat yang ada di rumah juga mengganggulah aktivitas warga masyarakat sehari-hari.
Makanya itu kalau ada penutupan dari mana mereka maka akan pen mendapatkan uangnya. Buat makan kan beren nangis, naisnya apa ya buat sehari-harinya itu sehari-hari. Misalkan kan rosiko dapur buat anak sekolah, apalagi tukang dagang berenang lewat kela, pegan atau kela dari mana dapat uang bukan disetar. Ini aja.
Nggak ada pukulipukuli. Misalkan di sini mah pabrik, apalagi negeri semuanya mata pencahariannya di batu ha di batu gitu nggak nggak di nggak ada sampingan dimana-mana. Kalau nggak ada nggak bisa kan gali batu udah aja gimana bo be o bohga a sana tadi the kumaha atau masyarakat? T, kayak kemajuansa you antara di masyarakat Malang langsung ka mainntah ha anu aya di tengah dile singrekma pete kitata ya bung manis sega lupa sampai ke ka bu pa parena berlantaran duka ayam sa hai duka kupa marenta yo nya di pare kenateh lupaya hiji kakacauan ju terangyu aletama ngan soa masyarakat di parekan sangsarah ya sangangkara.
Tak jangan berpikir nambang terus saja dikarenakan ga kalau nambang terus pakai alat itu pemukul batu martil itu yang enam kilo dari pagi sampai sore kan? Pastilah mungkin terasa sama badr itu gimana itu lesutnya.
Kata Abah. Itu sama teman-teman cobalah beralih profesi, apakah mau tai? Apakah mau dagang? Jadi kurang lebih sekitar warga disini kurang lebih ada mungkin tiga puluh orang itu yang nambang di daerah Gunung Hawu. Lamakelamaan mungkin sama itu mungkin berpikir teman-teman itu berpikir ada yang beralih itu profesi. Sebab kita mungkin nanti habis muda datang usia tua, apakah mau terus ngangkat martil atau mau apamera.
Yang pedaga menjakan luma bo bingung juga gitu PRWT. Sedangkan disisi lain warga p yang kerja disitu. Di sisi lain warga yang lain e untuk mempertahankan lingkungan hidup gunung tersebut. Nah jadi pak RW juga seolah-olah jadi penengah itu bingung gitu harus gimana itu? Al alhamdulillah dengan adanya aktivitas komunitas suku Badot ini bisa terlaksana sedikit demi sedikit penambang itu mulai menurun, mulai menurun dan sampai sekarang aktivitas penambangan udah mulai tidak ada kan udah mulai tidak ada. Dan alhamdulillah kesannya juga sekarang kebisingan mungkin tidak ada polusinya juga mungkin tidak ada di Gunung Hawu tersebut yang aktivitas warga petani khususnya merasa aman gitu kan? Aku la urahu.
Saya sebagai warga Cidadab merasa bangga dengan adanya Skubado ini karena saya menilai gerakan-gerakan suku Badat itu sangat bermanfaat bagi masyarakat, tidak ada posisinya, jadi mereka mendidik masyarakat itu masyarakat yang semua kalangan ya jadi pendidikan untuk semua kalangan. Jadi mereka diajarkan membaca mereka, mendirikan taman bacaan kemudian. E. Salah satu gerakan yang saya sangat apresiasi yaitu kepeduliannya terhadap lingkungan.
Sebelum mengenal suku Badot terus terang saya juga nggak terlalu peduli sih tentang lingkungan yang disekitar saya itu gimana. Tapi setelah dengan sering berkomunikasi dengan suku Badot, lambat laun ternyata memang sadar kawasan itu emang penting. Awalnya saya kira ngapain gitu kan? Eh mau kars di kawasan kita itu di tambang ataupun gimana? A, terserah aja gitu. Tetapi dengan seringnya berkomunikasi seringnya berkumpul berdiskusi. Jadi memang suku ba itu menggiring untuk apa? Jadi memperkenalkan memperkenalkan lingkungan tentang kawasan kas Citata. Sehingga masyarakat itu memang.
Dibentuk untuk yang lebih sadar lagi, kawasan itu.
Hai.
SCO Bado itu berdiri dari tanggal.
Kelima belas September tahun dua ribu tiga belas. Ci apakahal suku Bado itu sebetulnya para pemuda yang suka main ke alam khususnya tebing yanya tebing pengen bikin gerakan konservasi tentang kawasan kahas, kawasan bukit kabur. Dan dengan kapasitas para pemuda ini yang notabene banyak hopinya bermain di alam kita jadi kepikiran bahwa ini bisa jadi senjata ya bekal buat kita ngamatin kawasan cars yang banyak permasalahan sebetulnya dari segi ekologi, sosial, ekonomi maupun politik mungkin ya.
Tapi Suco Badot me bergerak secara beda. Kita bikin gerakan SCO Badot ini tuh gerakan kebudayaan khususnya lewat pendidikan lewat pendidikan. Apa tentunya lewat pendidikan? Konservasi konsersi kawasan khususnya kawasan KIT Kapur atau yang disebut biasa disebut CARS. Kita berpikir di Suku Badu tuh kita mesti berpikir bahwa alam ini tuh dianugerahkan oleh Tuhan, kepada kita untuk semua, tidak hanya satu atau dua atau beberapa pihak aja gitu. Makanya kita sebetulnya kurang setuju terhadap komersialisasi kawasan ya. Adapun kita ada wisata i moking, terus banyak tebing itu kita menjual jasa, tidak menjual tempat. Tetap kita menjual tenaga kita. Keahlian kita bukan mengkomersialisasi tempat tempatnya gitu. Karena kita juga berpikir bahwa kita tidak punya hak sepenuhnya atas suatu tempat gitu.
Hamoking ini adalah upaya kita menyelamatkan kawasan yang kecil ini gitu. Karena dulu konteksnya kalau sekarang kan udah ga ada penambangan nih. Itu artinya upayaupaya kita mengekspos dan menyelamatkan kawasan dianggap berhasil gitu. Kita tuh punya misi sosial. Sebetulnya kita tuh punya capaian-capaian yang yang bersifat sosial gitu. Kalau misalkan kita punya mimpi sekolah gratis, kita punya mimpi bagaimana orang-orang miskin itu akses terhadap kesehatan itu gratis gitu. Untuk nyape pada semua itu.
Upgrading sumber daya manusianya di suku Badot ini nyari dananyanya lewat wisata ini jadi subsidi silang jadi saling mengait. Bagaimana kita tidak hanya ngomongin desa wisata tidak hanya ngomongin wisata tapi juga kita ngomongin komitmen sosial atau tanggung jawab sosial kita sebagai manusia. Dan itu kan nggak semua orang nyampe pada pemikiran yang sosialis itu atau yang bersifat sosial itu.
Dan badot ini sendiri tuh banyak yang bilang badot tuh bukannya domba. Katanya badot itu sebetulnya kita ambil dari tanaman tanaman liar, tapi kita orang Sunda tuh suka. Sebut tanaman itu tuh babadotan. Namanya kenapa babadotan? Karena daunnya kalau kita remas kita remas dan kita cium. Biasanya tuh bau domba, bau badot gitu. Makanya disebut bapadotan. Dan kenapa kita ngambil tanaman itu? Kenapa nggak mawar? Itu yang indah, kalau apa gitu yang lebih kere. Nah ini nih filosopinya jadi bagus juga menurut aku ya.
Jadi tanaman ini tuh meskipun bau meskipun liar tapi ternyata tanaman itu punya khasiat buat obat luka antiseptiknya ternyata antiseptik dari tanaman ini itu tinggi buat apabat tuka. Jadi biasanya kalau para pendaki atau yang suka main di alam kena tukagores alternatif buat obat tuka gores itu adalah tanaman babarutan itu. Dari filosofi itulah kita berangkat bahwa diambil bandot itu tuh kita filosofinya kita ini liar. Kita tuh bukan siapa-siapa kita tuh cuman hanya beberapa pemuda yang hanya suka main dan mencoba berpikir atau peduli terhadap alami kita yang seolah-olah bukan siapa-siapa itu. Tapi kita pengen mencoba memberi manfaat untuk orang lain. Seperti itulah seperti tanaman bat gitu mesiha.
Maha.
Lagi ke enggakh, ya ada, udahnya sa.
Di atas atas kepala itu ada lubang, nah ganti sama tangan kiri. Jadi ini adalah kegiatannya kita bare sekolahlam Bandung. Kita udah dua tahun ini. Memang kita udah dua tahun ini kerja sekolah Bandung. Isinya apa? Misinya mempopulerkan tebing di anak-anak? Karena kan orang-orang kota udah semakin artifisial ya karena mereka manjat pakai papan buatan. Jadi pesan-pesan jadi ngomongin panjat tebing. Tebing itu harusnya kan kontekson konservasi kawasan. Nah akhir-akr ini justru SA lagi pegang lagi tebing jadi kehilangan konteksnya hamadapng.
Ya. Rara, selamat, selamat, selamat Yama, silakan keren akhirnya melompat-lompat pelan. Aza, kalaukan jadi.
Kerja-ja kita untuk konservasi itu sederhana aja. Sederhana aja. Kerja-ja kita untuk konservasi itu metbatt dia memakmurkan kawasan dengan cara memakmurkan kawasan. Kenapa mesti dimakmurkan biar tidak ada penambang lagi masuk. Ya sederhananya, mana mungkinlah ada orang yang mau tinggal di satu rumah yang rumah itu ada orangnya gitu. Jadi kelemahan. Jadi nggak salahsalah amat para penambang menambang satu kawasannya. Karena memang kawasan itu enggak rame, enggak ada kegiatan disitu. Nah, kita ini ingin bikin aktivitas disitu di kawasan kawasan-kawasan yang rawan dieksploitasi. Karena itu menyeksarakan rakyat, eksploitasi.
Salah satunya dengan ngajak bareng anak-anak kecil main pokoknya bayo memakmukanwa kawasan itu buat kita adalah konservasi. Karena faktanya kayak tebing ngawu sering kita ekspos. Sering kita pakai kegiatan teping hawu itu sekarang kan pertamaan dan dilarang disana. Jadi emang efektif caraca memaklukkan kawasan untuk kepentingan konservasi. Efektif.
Tujuan kami mengikuti suku Badot sebagai untuk sebagai tambahan untuk kegiatan di ruang selain sekolah itu. Kalau di sekolah kita lagi lagi jenuh atau lagi jenuh belajar atau lagi bosannya kita langsung bermain ke suku barat untuk memanja tebing hoking selay keren untuk apa saja yang membuat kita happy agar tidak jenuh dari sekolah kitatu. Kami dari suku padat yang paling mudah merasa kesa terhadap penambang yang teledo atau penambang yang membuat tempat bermain kita rusak. Iya. Sehingga kalau tempat pemain kita rusak ya kami ke suku Badot yang paling muda. Kalau udah tua yak mau main kemana kalau sudah dirusak itu ada tempat untuk bermain selain tebing, tebing oke atau ya atau terba terbaik saudararus SK Empatkri Padalarang yang sudah re.
Riz.
Indonesia. Yusuf Malam dan BER terakhir. WA Setia kami-.
Seperti yang kita tahu hari ini CHEV adalah siswa terbaik yang juga dapat beasiswa. Berarti sudah kita tahu bahwa ketika dia pembelajarannya pun sudah dapat nilai-nilai yang sangat besar dengan perilaku yang sangat baik dan sangat disukai sama guru-guru disini. Kemudian kalau Indra. Indra itu anaknya memang sangat aktif, dia itu tidak bisa diam kemana-mana pergi, kemama tidak mau berada di tempat yang sama. Namun sekarang dengan adanya dia mengikuti kegiatan yang berada dilu ini, itu menjadi hal yang positif bagi karena dengan adanya kegiatan yang sudah dia ikuti bersama dengan teman-temannya, ternyata itu berdampak positif terhadap nilai-nilai pembelajaran, berarti dia memang sudah mengikuti pembelajarannya dengan baik. Kemudian idan. Idan itu kalau di sekolah sebetulnya agak sedikit pendiam.
Namun dalam mengikuti pembelajaran dia ikut serta dalam mengikuti pembelajaran dengan baik. Namun dengan mengikuti kegiatan yang ada di luar INID juga sudah mulai yang namanya mau berbicara, mau ngobrol padahal asalnya itu Idan itu sangat pendiam sekali, jarang sekali ngomong atau ka di kelas juga. Kalau misalkan guru menjelaskan dia hanya diam saja. Tapi kalau sekarang setelah ikut kegiatan dia sudah mulai mulai berinteraksi dengan teman-temannya maupun dengan guru.
Ya terutama saya mungkin kenapa saya tidak di suku Bat lagi tidak dit? Karena memang itu tadi ada. Entahlah saya tidak terlalu memikirkannya. Mungkin saya tidak terlalu loyal juga terlalu aktif aktif dis Kuwadet terus dimana ada kegiatan-kegiatan yang serius gitu ga ada dimana ada hal lain datang gitu maksunya dulu itu sempat ada itu juga entahlah kecemburuan. Mungkin dulu kecemburu sosial sudah saya masuk di monitas lain kepada jalan ko lain jalan mungkin. Nah disana ada konlik ada permasalahan la, ada permasalahan, ada timbul kecemburuan dari anak-anak suku Badot mungkin dulu. Tapi saya nggak tahu hanya gitulah ada kecemburuan saya. Dan kemarin informasinya bahwa saya harus harus memilih maksud harus memilih. Saya harus memilih antara di suku Badot atau di luar gitu masudnya. Saya pikir-pikir memang ada kecewaan la, tapi enggak terlalu terlalu enggak terlalu.
Mempermasalahkan ya diambi ribet manya karena memang di suku Badot potensinya ada, potensi udah ada, sedangkan saya enggak terlalu terlibat pakai terlibat terjun terjun karena memang ada potensi yang baru. Udahlah saya daripadani daripada biar leluasa saja lebih leluasa terhadap yang baru untuk anak-anak yang baru ya udahlah saya memilih untuk tidak di suku Ba.
Ya namanya pergerakan ya namanya hidup ada pasti ada kontral bipit gitu ada suka dan tidak suka tentu dan ya begitupun dalam gerakan si bat itu ada tidak tidak semua support, tidak semua menentang gitu. Ya kita sadari itu kita maklumi itu karena itu bagian dari dinamika ya dari dinamika pergerakan dan dari dinamika hidup gitu ada kontradiktif seperti itu. Dan ya banyak lah yang support teman-teman kita dari komunitas-komunitas lain gitu ya ya sama hopinya sama.
Sub atau bidangnya biasanya support sama kita. Nah, begitupun ada yang kontra terhadap kita, ada yang tidak senang dan keberadaan kita banyak juga. Sebetulnya kalau saya pribadi mengapkubadu sebagai ruang belajar tidak hanya kumpulan tidak hanya organisasi tapi ruang belajar gitu kita bisa belajar. Ini adalah tempat bahwa ini ada tempat kita untuk share ilmu. Tidak hanya memang kita berangkat dari ke hobi kita terhadap main di alam, tapi setiap anak anak tuh kan beda-beda. Ada yang suka menggambar, suka ini, suka itu. Nah kita share di ruang belajar ini, di Suko badomi itu untuk salingli saling share gitu.
Adalahsa kita manusia berkosanya setiap setiap jam, setiap setiap tak ada manusia mestinya terumbu karang. Kau itu tetap tumbuh. Ada tak ada manusia mutuga agar manusiakan.
Tebing haw? Kenapa mungkin disebut tebing how? Sebetulnya dari bahasa Sunda auto berarti tungku.
Jadi ada.
Lubang di pinggir terus ada lubang lagi di atas seperti memang seperti tungku. Makanya masyarakat disini menyebutnya tebing Hawu ini adalah tempat fokus dari konservasi suku Badot. Sebetulnya bagaimana caranya kita menjaga tempat ini atau konservasi disini yaitu dengan banyak bermain di kawasan sini. Kita disini sering bermain bermain climbing terus smoking di atas sana tuh tower camping di daerah puncak dan di daerah dasar juga ada adalah membuat camp.
Dan SUCO Badot menjaga Ubing Hawu ini kita mencoba untuk menumbuhkan rasa memiliki. Tidak hanya SCO Badot juga kita juga mengajak komunitas dan orang-orang dari luar SCO Badot untuk menumbuhkan rasa memiliki atas tempat ini. Dengan kegiatan suku Badot masyarakat bisa merasakan bahwa ini loh tempat bermain. Makanya jargon kita tuh set tempat perma itu seperti itu. Dan kenapa kita fokus di tebing Haw, karena ya sebelah timur bisa kalian lihat juga itu disana ada penambangan, di sebelah baratnya juga di belakang paasan juga ada penambangan. Makanya itu sebetulnya agak riristan ya. Kenapa kita pengen fokus di tebing how ini? Karena.
Udah ada penambangan di daerah timur dan merah barat gitu. Dan kenapa kita fokus di tebing? How ini bentukan seperti ini tuh di dunia tuh untuk batuan karstu hanya beberapa untuk batuan kar seperti tuh hanya beberapa yang kita tahu ada di Amerika. Ditachnia dan di chna dan satu lagi disini. Makanya kita jaga aset ini sebagai kebangga kas itu tuh adalah sumber air. Ketika airnya terganggu masyarakat sana pun ya sudah terganggu.
Manusia tanpa air mana bisa hidup gitu? Nah itu ketika kawasan Bukit Kars ini sudah rata, udah nggak bakalan jadi apa-apa lagi gitu. Kita yang khawatirkan kita tuh itu. Kita tidak menolak adanya pertambangan. Kita mesti dicatat ya bahwa kita tidak menolak adanya pertambangan, adanya industri. Kita juga berpikir bahwa ini juga penting terhadap kehidupan manusia. Kita juga butuh manusia butuh bahan-bahan yang mereka kelola gitu. Cuman permasalahnya adalah ketika semua sumber dayanya tuh dikerup semua semua titik dan itu jadi masalah menurut kita. Kita tidak setuju dengan cara seperti itu. Kalau mau shock gitu, maksudnya tuh para penambangng tuh berapa titik nih? Titik yang mana yang mesti di tambang mana yang mesti dilestarikan. Menurut kita itu lebih bijak gitu. Nah itu gitu. Jadi hadirnya suku Badot ini tuh sebetulnya kita tidak. Tidak.
Mengadvokasi kawasan karas ini tuh konservasi kawasan itu secara secara frontal ya secara berhadapanan dengan pabrik atau dengan pengusaha gitu kita. Kita tidak gerak dengan cara seperti itu gitu. Tapi kita gerak untuk generasi selanjutnya dengan cara yang tadi itu pergerakan gerakan kebudayaan terutama lewat pendidikan. Dengan pendidikan yang kita pikir manusia lebih manusia. Dan ketika manusia lebih menjadi manusia, otomatis mereka bisa lebih bijak terhadap lingkunganmu dan sekitarnya, terutama alam dan manusia itu.
Menatap kedepan baik para pengusaha maupun pejabat ini pemerintah, mari kita sama-sama. Siapa tahu nanti anak pejabat yang ada di Kampung Cidadap ini itu. Pikirkan, jangan memikirkan kita semata. Keturunanturunan sama-sama kita mari memajukan satu daerah lingkungan mau dijadikan apa dukung itu. Seharusnya ada adek-adek yang ada kemauan seperti membuka gunung Abu. Jangan dihalang-halang itu terus. Mari kita sama-sama. Cuma mungkin dari Abah. Tapi maaf, maaf juga kepada.
Para pengusaha apakah nantinya kan sekarang udah mulai merintis ada suku Badot yang apa itu? Yangjat itu? Mari kita samasama jangan tebur mereka samasama bajukan. Orang bilang orang bilang kalau meninggal gajah mati meninggalkan gading yaitu apa itu harimau mati meninggalkan belang itu? Nah seharusnya kan kesana ber jangan mengejar-ngejar terus aja takut kekurangan duit, duit ada percetatan. Tapi kalau bumi ini, gunung ini siapa yang akan menceta? Kalau udararussa.
Gerakan suku Badot ini berawal dari kampung Cindang Sesa dan kita berharap kita baka bisa mengkonfirmasi kawasan yang hijau seperti ini. Nah dan ini adalah kawasan yang sudah teresploitasi oleh industri. Kita tidak mau kawasan yang hancur seperti ini tuh meluas ke kawasan yang lalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Magister Desain

Mengembangkan keilmuan di bidang desain secara lebih mendalam yang kini semakin terbuka terhadap kebutuhan Industri serta berkolaborasi terhadap bidang keilmuan lainnya.

Desain Komunikasi Visual

Program studi DKV menghasilkan sarjana desain komunikasi visual yang mumpuni dalam penguasaan teknologi Informasi, kearifan lokal (Budaya Nusantara) dan mampu mengembangkan diri menjadi seorang entrepreneur dibidang desain dan industri kreatif (Creativepreneur)

Desain Produk
(Product Innovation & Management)

Program studi Desain Produk (Product Innovation & Management) menghasilkan lulusan sarjana desain yang mampu merancang produk yang baik dan memiliki nilai jual, serta dapat berkontribusi dalam meningkatan kualistas hidup manusia.

Desain Interior

Program Studi Desain Interior mengusung Desain berbasis Research, Creativepreneur dan Information Communication Technology.
“A Good Design is A Good Business.”

Kriya
(Fashion and Textile Design)

Menyiapkan Creativepreneur yang memiliki kemampuan perancangan tekstil inovatif untuk dikembangkan menjadi produk fashion dengan memanfaatkan Information Communication Technology secara optimal.

Seni Rupa
(Visual Arts)

Program studi Seni Rupa (Visual Arts) ini memiliki bidang kekhususan Intermedia, yaitu penggunaan media-media diluar media Seni Rupa Tradisional (Digital, New Media, dll). Dengan demikian lulusan akan memiliki fleksibilitas dalam berkarya maupun bekerja.